Produk Pupuk Cair Organik Bio Vinegar

Produk pupuk cair kami dikemas dalam 2 kemasan.
  • Kemasan pertama kami kemas dalam ukuran 2 liter. Kemasan ini sebagai permintaan konsumen agar dalam pengiriman, pemanfaatan / penggunaan serta penjualan lebih maksimal. Secara takaran sama, antara yang ukuran 2 liter maupun yang 1 liter. Hanya berbeda harga Rp. 45.000,-

  • Kemasan kedua kami kemas dalam ukuran 1 liter. Secara kualitas sama, hanya berbeda ukuran dan harga Rp 25.000,-

Cuka Kayu sebagai Biopestisida

Cuka Kayu sebagai Biopestisida
cuka kayu dapat dimanfaatkan sebagai Biopestisida nabati pada tanaman pertanian dan kehutanan. Dari hasil percobaan menunjukkan keberhasilannya dalam memberantas hama cabuk lilin pada tanaman pinus umur 5 tahun di Perum Perhutani Jawa Tengah dan jamur pada tanaman ketimun serta meningkatkan hasil produksi tanaman padi. 

Selain sebagai biopestisida, cuka kayu ini dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan produk makanan utamanya ikan asap dan juga berkhasiat untuk menghilangkan penyakit kulit.   

Manfaat Menakjubkan dari Arang Kayu

Manfaat Menakjubkan dari Arang Kayu
Meskipun masyarakat dunia telah menggunakan arang kayu sejak ribuan tahun, kegunaannya lebih banyak dikonsumsi untuk bahan bakar memasak. Karena perkembangan teknologi yang memanfaatkan sumber gas alam, listrik dan bensin untuk bahan bakar, sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap arang semakin berkurang. Bahkan, akhir-akhir ini volume permintaan arang kayu di pasaran dalam dan luar negeri semakin menurun karena masyarakat sudah banyak yang beralih kepada bahan bakar migas dan energi listrik.

Setelah diabaikan selama beberapa tahun terakhir, kini arang kayu mulai menarik perhatian setelah munculnya penemuan baru yang menyatakan produk arang tersebut banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi modern telah mengangkat tingkat produktivitas ilmu pengetahuan untuk meneliti manfaat arang bagi kepentingan manusia dengan aneka kegunaannya.

Hasil penelitian di Jepang menyebutkan, komoditi arang yang mengandung karbon itu dapat diolah menjadi berbagai produk rumah tangga yang berkhasiat bagi kesehatan. Di samping digunakan untuk bahan campuran pakaian, produk kerajinan dan pertanian.

Nipponia, majalah triwulan terbitan Jepang, memuat tentang "Arang menambah hidup yang baik" karena memiliki banyak kegunaan untuk kehidupan manusia. Dalam tulisan Sanado Kuniko itu, disebutkan beberapa manfaat yang menakjubkan dari arang dan bagaimana masyarakat Jepang memanfaatkannya. Arang menarik perhatian karena karakteristik uniknya yang dapat digunakan dalam banyak cara. Seperti mempunyai rongga-rongga kecil yang sangat banyak arah sehingga 1 gram arang mempunyai luas permukaan sekitar 250 meter persegi. Rongga-rongga ini dapat melekatkan zat-zat yang berlainan pada dindingnya, yang kemudian nantinya dilepaskan.

Misalnya arang menyerap air dari udara lembab, kemudian melepaskannya pada kondisi yang kering. Sehingga membuatnya berfungsi pengatur kelembaban yang baik. Selain itu, arang juga mempunyai manfaat menyerap bau ruangan yang tidak sedap dan zat-zat merugikan. Arang menghasilkan ion-ion negatif yang membuat orang lebih santai. Infra merah yang keluar dari pembakaran arang memberikan efek bagi kelancaran peredaran darah.

Manfaat Baru

Para peneliti di Jepang kini terus mengkaji manfaat dari arang, meneliti manfaat baru lainnya untuk mengembangkan produk-produk baru, seperti penjernihan air, alat untuk menjaga sayur dan makanan tetap segar, penambah kualitas tanah, pengatur kelembaban dinding dan lantai rumah dan obat penghilang bau. Arang yang digunakannya itu berasal dari kayu keras (kayu ek holm) yang lama terbakar. Di Jepang arang kualitas terbaik itu disebut "Kishu binchotan" memancarkan sinar infra merah tinggi menebarkan aroma masakan yang dipanggang. Arang adalah kayu yang telah dikarbonisasi dengan pembakaran sebagian dengan sedikit udara itu, terdiri atas dua jenis, yakni arang hitam dan arang putih.

Jenis arang putih itu dibuat dari jenis kayu yang sangat keras atau sama dengan arang hitam dari kayu ek holm (sejenis kayu pilihan yang keras). Sementara itu, arang bambu mempunyai lebih banyak rongga, sehingga dapat menyerap banyak bau dan air daripada arang kayu. Sedangkan cuka kayu, cairan yang dibuat dengan mendinginkan partikel air dari asap tempat pembakaran, digunakan mulai dari alat untuk antibakteri, insektisida pertanian hingga obat penghilang bau serta bahan tambahan untuk mandi dan produk-produk yang dapat mempertinggi tingkat kecantikan.

Arang binchotan dibuat pada suhu yang sangat tinggi dan mempunyai efek alkali. Cocok untuk menjernihkan air minum karena melepaskan klorin dan zat-zat berbahaya lainnya. Arang ini tetap keras di dalam air, saking kerasnya tidak melepaskan bubuk apapun. Kalau memasukkan 50 sampai 60 gram arang ini ke dalam satu liter air ledeng, berarti Anda menambah kandungan mineral dan membuatnya lebih basa, menjadikan air minum yang baik. Arang yang digunakan untuk penjernih air, dicuci dulu lalu disteril dalam air mendidih, kemudian dikeringkan dibawah matahari.

Jika menggunakan arang sebagai pengatur kelembaban dan menyerap bau, maka memerlukan 8 kg untuk ruangan yang luasnya sekitar 10 hingga 13 meter persegi. Arang juga ramah lingkungan, bila setelah selesai digunakan, hancurkan menjadi potongan-potongan kecil dan dikembalikan ke alam. Sampai kini penelitian masih berlangsung dengan harapan lebih banyak fungsi lain yang akan ditemukan dari arang kayu tersebut.(Aspek-35)

Pemanfaatan Cuka Kayu sebagai Stimulan Pertumbuhan Tanaman

Pemanfaatan Cuka Kayu sebagai Stimulan Pertumbuhan Tanaman
Industri arang Indonesia saat ini hanya mengutamakan arang sebagai produknya sedang sisanya sekitar 70 – 80% berupa limbah uap/gas yang dibuang bebas ke udara sebagai polutan (Nurhayati, 2000). Limbah asap dalam bentuk cairan ini biasa disebut cuka kayu atau asap cair atau pyroligneous acid. Cuka kayu atau wood vinegar merupakan komoditas yang relatif baru berkembang, sehingga masyarakat belum banyak mengenalnya.

Cuka kayu merupakan cairan berwarna coklat pekat yang diperoleh dari proses destilasi asap dalam pembuatan arang kayu. Komponen utama yang terdapat dalam cuka kayu adalah asam asetat dan metanol. Zat ini pernah digunakan sebagai sumber komersial untuk asam asetat (Nurhayati, 2006). Komponen kimia yang terkandung dalam cuka kayu adalah sebagai berikut (Nurhayati dkk, 2006) : Asam asetat, Methanol, Fenol, Asetol, P-kreosol, Furfural, A-metilguiakol, Sikloheksana

Menurut Mitsuyoshi (2002), kandungan asam asetat pada cuka kayu dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan mencegah serangan penyakit pada tanaman, methanol dapat mempercepat pertumbuhan, fenol dan turunannya mampu berperan sebagai inhibitor atau pencegah hama dan penyakit serta senyawaan netral dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.

Untuk lebih meningkatkan pertumbuhan anakan suatu spesies tanaman baik tinggi, diameter, panjang daun maupun lebar daun sebaiknya dilakukan campuran cuka kayu dengan arang. Adanya arang dalam campuran media tumbuh, menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Kondisi ini terjadi karena arang diketahui mempunyai kelebihan antara lain arang mempunyai pori-pori yang dapat menyerap dan menyimpan air dan unsur hara. Adanya campuran arang pada media tumbuh, dapat meningkatkan panjang akar dan bulu-bulu akar karena media akan lebih gembur dan subur sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih baik dan sempurna. 

Hal ini menyebabkan ketahanan hidup tanaman lebih lama (Komarayati, 2004). Pernyataan di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Komarayati dan Santoso (2011) tentang pengujian arang dan cuka kayu untuk merangsang pertumbuhan mengkudu (Morinda citrifolia).

Cuka Kayu, Mereduksi Polusi menjadi berjuta Manfaat

Cuka Kayu, Mereduksi Polusi menjadi berjuta Manfaat
Pustekolah (Jakarta, 26/11/12)_Cuka kayu (wood vinegar) merupakan destilat cair dari polusi asap yang keluar pada proses pembuatan arang yang memiliki banyak kegunaan. Cuka kayu dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam bidang pertanian maupun industri, antara lain sebagai bahan pengawet, penggumpal getah karet, pembasmi hama dan penyubur tanaman, karbol, serta pengusir serangga.

“Alat dan proses pembuatan cuka yang kami miliki mampu menghasilkan cuka kayu bermutu dengan rendemen yang dihasilkan  40% jauh lebih tinggi dari pada alat yang menggunakan pipa bambu hanya menghasilkan rendemen 8-9%,” kata Tjutju Nurhayati, Dipl. Chem., peneliti Pustekolah dan inventor alat alat pendinginan asap dan proses pembuatan cuka kayu dari asap pembuatan arang, di Jakarta, Senin (26/11).

Berbicara mempresentasikan invensinya pada acara Promosi Paten Pustekolah di Manggala Wanabakti, Jakarta, Senin (26/11), Tjutju menjelaskan invensi yang dihasilkannya berhubungan dengan suatu alat pendingan asap dan proses untuk memproduksi cuka kayu dari pembuatan arang. Asap yang dikarbonisasi pada suhu 100oC sampai 350oC dengan  menggunakan proses pendingan asap tersebut dapat cair sebagai hasil pendinginan yang sebut dengan cuka kayu.

Invensi tersebut telah mendapatkan sertifikat paten atas nama bernomor: ID P0028528, dengan inventor: Tjutju Nurhayati, Dipl. Chem. Paten invensi ini terdiri dari dua klaim invensi yaitu 1) alat pendinginan asap, yaitu alat untuk mengoptimalkan pendinginan asap menjadi cairan cuka kayu rendemen tinggi dan 2) proses untuk memproduksi cuka kayu dari pembuatan arang, yaitu teknik produksi terpadu cuka kayu dan arang kualitas baik.

Dengan alat ini, dapat dihasilkan cuka kayu konsentrat dengan kandungan air dan tar yang lebih rendah. Cuka kayu yang dihasilkan dari invensi paten ini diklaim memenuhi stadar kualitas di Jepang dan rendemennya bahkan lebih tinggi dibanding cuka kayu dari tungku teknik yang dikembangkan negara tersebut. Begitupun arang yang dihasilkan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.

Perihal manfaat cuka kayu sudah cukup banyak dimanfaatkan berbagai pihak, salah satunya, Puslitbang Cepu Perum Perhutani. Puslitbang Cepu telah mengadopsi produk cuka kayu dan saat ini sedang mengaplikasikannya untuk pengendalian penyakit pada tanaman pinus.  “Hasil pengamatan teman-teman di lapangan, cuka kayu mampu menurunkan kematian 30% hingga 45%, “ kata Dr.Corryanti, Wakil Kepala Pusat Bidang Penelitian, Puslitbang Perum Perhutani, saat sesi diskusi promosi paten tersebut, di Jakarta (26/11).

Cuka kayu tersebut juga telah membawa Ibu N. Jaojah, penyuluh kehutanan dari Kabupaten Cianjur meraih penghargaan Wana Lestari tingkat nasional pada Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam (PKA) Wana Lestari 2012. Di bawah bimbingan Pustekolah, Jaojah mampu mengajak masyarakat binaannya untuk mengaplikasikan cuka kayu yang mereka hasilkan sendiri.

Source : forda-mof.org

Cuka kayu

Cuka kayu
Cuka Kayu merupakan campuran larutan dan disperse koloid dari asap kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis kayu yang merupakan proses dekomposisi dari komponen-komponen penyusun kayu seperti lignin, selulosa dan hemiselulosa akibat panas tanpa adanya oksigen. Cuka Kayu merupakan cairan, warna hitam-kuning, bau menyengat, sifat asam, berbagai macam jenis komponen kimia.

Komponen-komponen penyusun cuka kayu meliputi : senyawa fenol, karbonil, asam dan hidrokarbon polisiklis aromatis. Komposisi senyawa penyusun cuka kayu adalah air (11 - 92 %), fenol (0,2 - 2,9%), asam (2,8 - 9,5%), karbonil (2,6 – 4,0 %) dan tar (1 – 7 %).

Cuka Kayu memiliki sifat antioksidan dan antimikroba dari senyawa fenol. Antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau memperlambat kecepatan oksidasi terhadap zat-zat yang dapat mengalami autooksidasi sehingga produk lebih awet dan tahan lama.

Manfaat Cuka Kayu, antara lain :
1. Menghilangkan bau tidak sedap atau deodoran
2. Mengahambat pertumbuhan mikroorganisme
3. Mencegah pertumbuhan jamur
4. Mampu menolak kehadiran binatang kecil (tikus, rayap)
5. Mempercepat pertumbuhan tanaman
6. Mengatasi pertumbuhan tanaman liar/pengganggu
7. Pengawet kayu.